Senin, 30 Juni 2014

WASAIL TA’LIM AL-LUGHOH AL-ARABIYAH

WASAIL  TA’LIM AL-LUGHOH AL-ARABIYAH
M. ARIFUDIN (D02212018)
“ Konsep Umum Media Pembelajaran Bahasa Arab ”
A.    Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry dalam kamus ilmiah populer  (1994:448) yang diterbitkan oleh Arkola Surabaya, Media berarti perantara (informasi), penengah, wahana, dan wadah.
Menurut Asnawir dan Basyiruddin Usman dalam bukunya“Media Pembelajaran” (2002:11) memberi pengertian media adalah sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belahar mengajar.

” Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”
B.     Manfaat Media dalam Pembelajaran
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.  Tetapi secara lebh khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu :

Filsafat Bahasa Ludwig Wittgenstein

FILSAFAT BAHASA LUDWIG WITTGENSTEIN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
AL FALSAFA AL LUGHAWIYAH
Oleh:
M. Arifudin  (D02212018)

Dosen Pembimbing :
Dr. H. M. Yunus Abu Bakar, M.Ag

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Manusia pada umumnya menganggap bahasa biasa-bisa saja.
Dengan bahasa seorang filosof menemukan ekspresi atau nama untuk merujuk sebuah konsep. Sebut saja istilah-istilah definisi, proposisi, hipotesis, aksioma, verifikasi, falsifikasi. Pentingnya pemahaman terhadap bahasa inilah yang menggugah Wittgenstein dan filosof aliran filsafat analitis dan atomisme logis lainya mengkritik adanya kekacauan penggunaan bahasa dalam filsafat, terutama yang dilakukan oleh kalangan idealism inggris, seperti Bradley dan Taggart. Wittgenstein melalui dua buah karyanya yang sangat monumental, yaitu Tracatus Logicus Philosophicus dan Philosophical Investigations, mencoba untuk mengurai lebih mendalam tentang pemahaman  bahasa dalam dunia filsafat, yaitu melalui teori gambar (picture theory) dan tata permainan bahasa (language games). Namun yang unik dari pemikiran Wittgenstein yaitu terjadi perubahan pemikiran atau paradigma dalam karyanya, dimana ia tidak lagi puas dengan karyanya yang pertama (Tracatus Logicus Philosophicus) dan kemudian ia kritik dan menyempurnakannya dalam karyanya yang kedua (Philosophical Investigations).

FILSAFAT ANALITIKA BAHASA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Filsafat abad modern memberikan dasar-dasar yang kokoh terhadap timbulnya filsafat analitika bahasa. Peran rasio, indra, dan intuisi manusia sangat menentukan dalam pengenalan pengetahuan  manusia. Oleh karena itu aliran rasionalisme, empirisme, imateralisme dan kritisme emanuel kant menjadi sangat penting sekali  terhadap timbulnya filsafat analitika bahasa.
Para ahli filsafat mengakui bahwa filsafat bahasa itu sulit ditentukan batasan pengertiannya terutama filsafat analitika bahasa, karena dasar-dasar filosofinya yang cukup rumit, padat dan sangat beragam.
Filsafat analitika bahasa memiliki dimensi yang sangat luas dan meliputi bergai bidang. Pemilihan filsafat analitika bahasa ini memang sulit ditentukan ber dasarkan priodesasi maupun wilayah karena aliran-aliran filsafat analitika memiliki keterkaitan pengaruh antar tokoh satu dengan yang lainya, antaraaliran satu dengan lainya. Oleh  karena itu untuk mempermudah pemahaman kita tentang perkembangan filsafat analitika bahasa, pengertian berdasarkan aliran merupakan suatu pilihan yang tepat.

B.    Rumusan masalah
1.    Apa maksud dari filsafat sebagai analisa bahasa?
2.    Bagaimana perkembangan filsafat analitika bahasa?
3.    Bagaimana pemikiran tokoh tentang filsafat analitika bahasa?

C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui filsafat sebagai analitika bahsa.
2.    Untuk mengetahui perkembangan filsafat bahasa.
3.    Untuk mengetahui pemikiran tokoh tentang filsafat analitika bahasa.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Filsafat sebagai analisa bahasa
Bahasa adalah alat yang paling utama bagi filosof serta merupakan media untuk analisis dan refleksi. Oleh karena itu bahsa sangat sensitif terhadap kekaburan serta kelemahan-kelemahan lainya. Hal ini terutama dengan timbulnya aliran filsafat analitika bahasa yang memandang bahwa problem-problem filosofis akan menjadi terjelaskan manakala menggunakan analisis  terminologi gramatika bahasa. Bahkan kalangan filosof analitika bahasa menyadari bahwa banyak ungkapan-ungkapan filsafat yang sama sekali menjelaskan apa-apa. Berdasarkan hal tersebut maka banyak kalangan filsuf terutama para tokoh filsafat analitika bahasa menyatakan bahwa tugas utama filsafat adalah anakisis konsep-konsep. Banyak filsu yang menengahkan konsepnya melalui analisis bahasa, misalnya “ apkah kebenaran itu “, apa yang dimaksud dengan kebenaran ?, dan lain sebagainya. Kegistsn semacam itu merupakan suatu permulaan dari suatu usaha pokok filsafat untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki tentang degala sesuatu termasuk manusia senderi.

Selasa, 20 Mei 2014


الهمزة
الهمزة التي تقع في أول الكلمة نوعان هما همزة وصل و همزة قطع.
همزة الوصل
همزة الوصل هي همزة ابتدائية تكتب وتقرأ إن وقعت في أول الكلام, تكتب و لا تقرأ إن وقعت في  وسطه (أي إذا كانت مسبوقة بحرف أو بكلمة ).  
الأمثلة
-    اُكتُب واجبَك في وقتِه.
-    اِجتَهِد يا سليم في فعل الخيرات.
-    اِستخرجِ الكلماتِ الجديدةِ من الموضوع الذي قرأتَه.
 

Al-Taka> Thur latin

Bismi Alla>h al-Rah{ma>n al-Rah{i>m
1.     Al-Ha> Kum al-Taka> Thur
2.     H{atta> Zur Tumu al-Maqa>bir
3.     Kalla> Sawfa Ta’lamu>n
4.     Thumma Kalla> Sawfa Ta’lamu>n
5.     Kalla> Lauta’lamu>na ‘Ilma al-Yaqi>n
6.     Latara Wunna al-Jahi>m
7.    Thumma Latara Wunnaha> ‘Aina  al-Yaqi>n
8.     Thumma Latusalunna Yawma Idin ‘ani al-Na’i>m

Senin, 28 April 2014

Kepemimpinan Islam Redup Di Dunia Modern


Sobat-sobat ku yang saya muliakan......
Tulisan ini saya tulis bukan bermaksud merendahkan Islam, tapi lebih mencoba mengusik kesadaran siapa saja yang mengaku sebagai yang punya Islam di hatinya. Tulisan ini juga tidak sesangar judulnya kok. tapi mudah-mudahan cukup sebagai bahan renungan.

Saya mengambil judul tulisan di atas sebagai hasil refleksi pribadi atas fenomena yang sedang saya alami. Saya bahkan hanya mengambilnya dari sudut terkecil kehidupan modern. Sudut terkecil yang saya maksud adalah dunia informasi. Kemudian saya kerucutkan lagi tentang dunia tulis menulis.

Adab Cangkru'an di Pinggir Jalan

Sopan Santun Duduk di Tepi Jalan
A.    Hadis dan Ayat Al-Quran.
حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ فَضَالَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو عُمَرَ حَفْصُ بْنُ مَيْسَرَةَ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِيَّاكُمْ وَالجُلُوسَ عَلَى الطُّرُقَاتِ» ، فَقَالُوا: مَا لَنَا بُدٌّ، إِنَّمَا هِيَ مَجَالِسُنَا نَتَحَدَّثُ فِيهَا، قَالَ: «فَإِذَا أَبَيْتُمْ إِلَّا المَجَالِسَ، فَأَعْطُوا الطَّرِيقَ حَقَّهَا» ، قَالُوا: وَمَا حَقُّ الطَّرِيقِ؟ قَالَ: «غَضُّ البَصَرِ، وَكَفُّ الأَذَى، وَرَدُّالسَّلاَمِ،وَأَمْرٌبِالْمَعْرُوفِ، وَنَهْيٌ عَنِ المُنْكَرِ»  ( رواه البخاري ومسلم وأبو داود وهذا لفظ البخاري


Artinya:
Mu’ad ibnu Fadholah menceritakan kepada kami, Abu Umar Hafs bin Maisaroh, dari Zaid bin Aslam, dari Ato’ bin yasar, Abi Sa’id Al Khudri r.a, dari Nabi Muhammad Saw. Bersabda: “hindarilah olehmu duduk-duduk di pinggir jalan!” para sahabat menjawab,”kami terpaksa duduk-duduk di situ memperbincangkan hal-hal yang perlu. Sabda Rasullahhah saw. “ jika memang perlu kalian duduk-duduk di situ, berikan hak jalanan.” Tanya mereka, “ apa haknya ya Rasullallah?” jawab Beliau, “ Picingkan mata, jangan mengganggu,menjawab salam (orang lewat), menganjurkan kebaikan dan mencegah yang mungkar.” (H.R. Bukhori, Muslim, Abu Dawud)
“Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok.”(Q.S. Al-A’raf 86).